Bulan Rajab memiliki sejarah yang unik. Orang-orang Arab Jahiliyah sepakat untuk tidak melakukan peperangan, sehingga suasana damia melekat saat memasuki bulan ini.

Rajab merupakan bulan ke tujuh dalam penanggalan kalender Hijriah. Penentuan nama bulan dalam kalender Hijriah menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi di setiap bulan.
Baca Juga: Asal Usul Kalender Masehi – Tinta Emas
Penamaan Bulan Rajab
Mengutip buku Keagungan Rajab dan Sya’ban, oleh Abdul Manan bin Haji Muhammad, Kata “Rajab” berasal dari bahasa Arab yang artinya memuliakan dan mengagungkan.
Merujuk sumber lain dari buku Keutamaan Bulan Rajab, oleh Bahruddin bin Abdurrazzaq Azmatkhan, kata Rajab terdiri dari tiga huruf akronim yaitu: Ra’ dari kalimat rahmatullah (rahmat Allah), Jim dari kalimat jinayatul-‘abd (kesalahan hamba Allah), dan Ba’ dari kalimah birrullah (kebajikan Allah).
Ibn Rajab al-Hambali bahwa bulan ini memiliki sekitar 14 nama dan sebagian lagi menyebut hingga 17 nama. Seperti Rajab (mulia, terhormat, agung), Mudhar (sangat, lebih kemuliaan dan keharamannya), al-Ashabb (mengena, mendapatkan), Munfis (yang indah dan bagus), Muthahhir (mensucikan, membersihkan), Ma’la (tempat tinggi), sebagian yang lain menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah)
Bulan Tanpa Peperangan
Menurut Ibnu Al-Atsir, semasa Jahiliyyah, bulan Rajab kerap disebut dengan julukan Munashshlilul Asinnah, artinya mencabut mata tombak dan panah. Suasana yang sebelumnya penuh ketegangan akan reda saat bulan ini tiba.
Bulan tersebut disebut juga dengan nama al-Summun artinya tuli, karena bulan ini digambarkan sebagai masa tuli dari kebisingan perang di era Jahiliyyah.
Orang-orang Jahiliyah menyepakati untuk membatalkan peperangan dan memutus sebab-sebab huru-hara. sehingga mereka menamakan perang yang terjadi pada bulan tersebut dengan Harbul Fujjar (perangnya orang-orang jahat).

Bulan Mulia dalam Islam
Terdapat sejumlah peristiwa sejarah Islam yang penting dalam bulan ini di antaranya:
1. Isra Miraj
2. Kemenangan Islam dalam pertempuran Tabuk
3. Perubahan arah kiblat dari Baitul Maqdis (Masjid al-Aqsha) ke Ka’bah di Makkah.
4. Pembebasan Baitul Maqdis
Para ulama menyepakati bahwa Rajab merupakan bulan mulia. Kemuliaan itu merujuk pada Al-Qur’an, Surat At Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. (QS. At-Taubah:36).
Hingga sekarang umat Muslim percaya bahwa bulan ini memiliki kestimewa dan penuh dengan keberkahan. Untuk itu, Sepatutnya sebagai umat manusia harus menciptakan kedamaian hidup.
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
+ There are no comments
Add yours