Prasasti Kuno di Taif: Studi Baru Peninggalan Akhir Pra-Islam

Prasasti kuno beraksara Paleo-Arab yang terletak di dekat sebuah masjid di Arab Saudi menghasilkan sebuah studi baru tentang peninggalan awal kemunculan Islam di Hijaz. Peneliti menyebut kemungkinan dibuat oleh Hanzalah bin Abī ʿĀmir, seorang sahabat terkemuka Nabi Muhammad SAW.

Meskipun sejumlah prasasti dari periode awal Islam telah ditemukan, kepenulisannya belum dapat dikonfirmasi secara pasti, kecuali satu prasasti di wilayah al-Bahah di Arab Saudi yang dikaitkan dengan seorang sahabat Nabi Muhammad yang pernah menjabat sebagai gubernur Mekkah. Dalam sebuah penelitian baru yang dipublikasikan dalam Journal of Near Eastern Studies edisi April 2024, prasasti ini diakui sebagai prasasti kedua yang dapat dipastikan berkaitan dengan Nabi Muhammad.

Berbeda dengan prasasti-prasasti sebelumnya, prasasti kedua ini diukir pada awal abad ketujuh sebelum Islam menguasai Jazirah Arab, sehingga menjadi saksi penting bagi sejarah pra-Islam dan latar belakang agama Islam. Namun, tidak semua pihak yakin bahwa ukiran ini berasal dari tangan Hanzalah bin Abī ʿĀmir. Yang pasti, menurut peneliti, temuan ini memberikan gambaran singkat tentang awal mula perkembangan Islam.

Menurut Ahmad Al-Jallad, seorang profesor studi Arab di The Ohio State University, dalam sebuah kutipan dari Live Science, hal ini menunjukkan bahwa apa yang diketahui umum tentang kelahiran Islam dalam sejarah yang terperinci tidak selalu akurat, dan bahwa informasi tentang kebangkitan Islam dari sumber-sumber kontemporer masih sangat terbatas. Periode ini masih dipenuhi dengan misteri.

Prasasti-prasasti ini, seperti yang ditemukan oleh Yusef Bilin, seorang kaligrafer Turki, saat ia mengunjungi sebuah masjid kuno di kota Taif yang tradisinya didirikan oleh Ali bin Abi Talib, Khalifah Islam keempat, memberikan landasan yang dapat diverifikasi untuk penulisan sejarah dari periode ini. Bilin menemukan dua prasasti di sebuah batu besar, berjarak sekitar 100 meter dari masjid tersebut, pada tahun 2021.

Inskripsi Prasasti

Prasasti ini ditulis dalam aksara Paleo-Arab, menggambarkan fase pra-Islam dalam alfabet Arab. Penulis prasasti di bagian atas dan bawah mengidentifikasi diri mereka sebagai Hanzalah, putra Abd-ʿAmr, dan Abd al-ʿUzzē, putra Sufyān. Dengan demikian, prasasti ini menjadi bukti penting dari Hijaz pra-Islam (wilayah di mana Mekkah berada) dan latar belakang agama Islam. Namun, tidak semua pihak yakin sepenuhnya tentang identitas penulis prasasti sebelumnya, sehingga penemuan ini memberikan pencerahan tambahan tentang awal sejarah Islam.

Penulis pada bagian atas dan bawah prasasti mengenali diri mereka sebagai Hanzalah, putra Abd-Amr-w, dan Abd al-Uzze, putra Sufyan. Berikut isi teksnya:

 “باسمك ربنا أنا حنظلة ابن عبد عمرو، أدعو ​​إلى تقوى الله”، و”باسمك ربنا أنا عبد العز بن سفيان، أوصي بتقوى الله”.

Terjemahan:

“Dengan nama-Mu, Tuhan kami, saya Hanzalah Ibn Abd-Amr, saya mengajak (Anda) untuk bertakwa kepada Tuhan” dan “Dengan nama-Mu, Tuhan kami, saya Abd al-Uzze putra Sufyan, saya mengajak (Anda) untuk bertakwa kepada Tuhan”.

Hasil Kajian Para Peneliti

Penggunaan aksara Paleo-Arab dengan jelas menunjukkan bahwa prasasti ini berasal dari akhir abad keenam atau awal abad ketujuh Masehi, yang sejalan dengan periode Hanzalah, sahabat Nabi yang gugur dalam pertempuran perang Uhud pada tahun 625 Masehi. Nama orang kedua, Abd al-ʿUzzē, mengacu pada dewi pagan Arab al-Uzza, yang menambah bukti bahwa prasasti ini mungkin dibuat oleh seseorang yang bukan pengikut Muhammad, atau setidaknya belum menjadi pengikutnya.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Hanzalah sangat mungkin adalah sahabat Muhammad, dan ia mungkin mengukir teks ini saat berada di perjalanan melintasi Taif, mungkin bersama seseorang bernama Abd al-ʿUzzē sebelum Hanzalah memeluk Islam.

Para peneliti kemudian memeriksa biografi tradisional Muhammad dan silsilah orang Arab. Mereka menemukan bahwa kombinasi nama-nama ini sangat jarang ditemukan. Seseorang dengan nama Hanzalah, yang ayahnya adalah ʿAbd-ʿAmr, sesuai dengan kriteria yang tercatat dalam prasasti tersebut. Orang ini berasal dari suku Aws, yang menetap di Yatsrib (sekarang dikenal sebagai Madinah), dan diakui sebagai sahabat Nabi Muhammad dalam teks-teks awal literatur Islam.

Hythem Sidky, penulis studi dan direktur International Quranic Studies Association di Washington, DC, menyatakan bahwa sangat tidak mungkin prasasti ini dibuat setelah masa Muhammad karena orang-orang di Taif sangat memusuhinya. Tidak mungkin salah satu pengikut Muhammad akan pergi ke sana dan meninggalkan prasasti tersebut.

Al-Jallad menambahkan bahwa patina (lapisan alami yang terbentuk di atas permukaan batu) dan pola pelapukan menunjukkan bahwa prasasti ini telah ada di sana sejak lama, sehingga kecil kemungkinan ini merupakan tulisan yang dibuat di zaman kontemporer dan menyingkirkan kemungkinan pemalsuan modern.

James Montgomery, profesor Studi Arab dan Timur Tengah di University of Cambridge yang tidak terlibat dalam penelitian, menyatakan, “Tulisan tersebut merupakan karya ilmiah yang sangat mengesankan. Penelitian ini dilakukan dengan cermat, teliti, dan hati-hati dalam penggunaan bukti, dengan setiap klaim didukung dengan benar melalui referensi ke semua bukti yang relevan.”

Penutup

Dari pengamatan ini, para peneliti menyimpulkan bahwa Hanzalah kemungkinan besar adalah individu yang sama yang memiliki hubungan dengan Muhammad. Diperkirakan bahwa Hanzalah mengukir prasasti tersebut saat melakukan perjalanan melalui Thaif, mungkin ditemani oleh seseorang bernama Abd al-Uzze (sebelum ia memeluk Islam).

Baca Juga: Amerika Serikat Kembalikan Artefak Asal Indonesia dan Kamboja


Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Avatar photo

Tinta Emas

Selamat datang di Tinta Emas! Kami menjadi sumber berita arus utama yang memotret berbagai peristiwa di seluruh belahan dunia dengan kecermatan, keadilan dan integritas.

Dari Penulis

Masjid Kariye Kembali Digunakan Untuk Ibadah Umat Muslim

New Coming of Age Comedy Considers a Teen’s Identity