Perjanjian Sevres merupakan sebuah perjanjian pasca-Perang Dunia I yang menandai era ‘bagi-bagi kue’ wilayah Kesultanan Utsmaniyah oleh Sekutu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perubahan dramatis dalam peta geopolitik sebagai hasil dari perjanjian tersebut.
Temukan bagaimana perjanjian ini membentuk jalan bagi pembentukan dunia pasca-perang dan warisan historis yang masih terasa hingga hari ini, menjadikannya salah satu babak paling menarik dalam sejarah modern.
Apa itu perjanjian Sevres ?
Perjanjian Sèvres (Prancis: Traité de Sèvres) adalah perjanjian yang ditandatangani tanggal 10 Agustus 1920 antara Sekutu dan Kesultanan Utsmaniyah.Upacara perjanjian berlangsung di sebuah ruang pameran di pabrik porselen Manufacture Nationale de Sèvres di Sèvres, Prancis. Perjanjian ini membuat Kesultanan Utsmaniyah harus melepaskan sebagian besar wilayahnya kepada Prancis, Inggris Raya, Yunani, dan Italia.Selain itu, perjanjian ini juga menciptakan zona pendudukan besar di dalam Kesultanan Utsmaniyah.Perjanjian Sevres menjadi salah satu dari serangkaian perjanjian antara Blok Sentral dengan Sekutu setelah kekalahan mereka dalam Perang Dunia I yang berakhir dengan Gencatan Senjata Mudros.Perjanjian Sèvres menandai awal pembagian Kesultanan Utsmaniyah. Ketentuan-ketentuan perjanjian termasuk penolakan sebagian besar wilayah yang tidak dihuni oleh orang Turki dan penyerahannya kepada administrasi Sekutu.Penyerahan wilayah di Timur Mediterania menyaksikan munculnya entitas politik baru, termasuk Mandat Britania untuk Palestina dan Mandat Prancis untuk Suriah dan Lebanon.Ketentuan-ketentuan ini memicu sikap bermusuhan dan nasionalisme Turki. Tokoh yang terlibat dalam perjanjian tersebut harus kehilangan kewarganegaraan mereka oleh Mustafa Kemal Pasha sebagai kepala Majelis Nasional Agung. Perjanjian inilah yang kemudian memicu Perang Kemerdekaan Republik Turki.Turki berhasil menghindari Konflik dengan Inggris terkait zona netral Selat dalam Krisis Chanak pada September 1922, ketika Gencatan Senjata Mudanya.Kedua belah pihak menandatangani gencatan senjata ini pada 11 Oktober 1922, sehingga Sekutu Perang Dunia I sebelumnya kembali ke meja perundingan dengan Turki pada November 1922. Perjanjian Lausanne 1923, yang menggantikan Perjanjian Sèvres, mengakhiri konflik tersebut dan menyaksikan berdirinya Republik Turki.Baca Juga: Pertempuran Sarikamish: Ribuan Tentara Ottoman Tewas Membeku – Tinta EmasAkibat Dari Perjanjian dan Perubahan Wilayah
- Pendirian Kerajaan Hijaz. Pada tahun 1932, Dinasti Saud menganeksasi Kerajaan ini dan menjadi bagian dari Kerajaan Arab Saudi hingga sekarang.
- Pendirian Republik Demokratik Armenia. Namun tak lama kemudian, Tentara Merah Uni Soviet mencaplok negara yang baru merdeka ini dan menjadi bagian dari Republik Sosialis Federasi Soviet Transkaukasia dari tahun 1923.
- Pengendalian Sekutu atas Kesultanan Ottoman di bidang keuangan dan militer.
- Pendirian Suriah dari Mandat Prancis, bersama dengan beberapa bagian di Anatolia (Asia Kecil).
- Yunani mencaplok daerah Smyrna (Izmir). Kota ini menjadi bagian Republik Turki pada tahun 1923.
- Penegasan kepemilikan Italia di Dodekanisa dan sebagian besar Anatolia selatan dan barat/tengah, begitupun kota pelabuhan Antalya dan bekas ibu kota Seljuk, Konya.
- Kurdistan akan mengadakan referendum untuk menentukan nasibnya, yang menurut Bab III pasal 62-4 masuk Provinsi Mosul. Perjanjian Lausanne tahun 1923 menentukan perbatasannya sekaran
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
+ There are no comments
Add yours