Perang Krimea adalah pertempuran yang terjadi antara Kekaisaran Rusia melawan gabungan kekuatan kesultanan Ottoman, kerajaan Perancis, Britania Raya, dan Kerajaan Sardinia. Perang ini pecah tak lama setelah Rusia menduduki kerajaan Danubia yang berstatus sebagai wilayah bawahan Ottoman. Hal inilah yang kemudian memicu perang Krimea, berlangsung antara 1853 hingga 1856. Perang ini sebagian besar terjadi di Semenanjung Krimea, Turki, dan Laut Baltik.
Para ahli sejarah menganggap bahwa Perang Krimea merupakan pertempuran pertama di era modern yang berpengaruh pada konflik dan peperangan yang terjadi selanjutnya di masa depan.

Pada 1855, Sultan Alauddin Ibrahim Mansur Syah menyumbangkan uang sebanyak 10.000 dolar kepada Turki Utsmani. Hal ini menjadi bagian dari bentuk kontribusi Aceh dalam Perang Krimea. Kontribusi ini membuat Aceh terlibat secara tidak langsung dalam perang ini.
Sebagai balasan, Sultan Abdul Majid I dari Kekaisaran Ottoman menganugerahkan gelar kehormatan Majidi (Bintang Kerajaan–Ordo Medjidie) kepada Wakil Sultan Aceh tersebut.
Anthony Reid pernah menyebutkan tentang sejarah bantuan ini dalam makalahnya berjudul “Turkey as Aceh‘s Alternative Imperium”.
Sebelumnya Aceh sudah mengirimkan utusannya Muhammad Ghauth (seorang pengusaha lada kaya) ke Istanbul ketika ia hendak naik haji ke Mekkah. Muhammad Ghauth mendapatkan tugas untuk menyerahkan surat-surat permintaan bantuan kepada Prancis dan Ottoman pada 1849.
Surat-surat tersebut dikirimkan sebagai bagian dari misi diplomasi Kesultanan Aceh untuk menggalang bantuan dan memperkuat hubungan bilateral. Sultan Mansur Syah melakukan misi diplomasi ini untuk menghadapi tantangan-tantangan politik yang akan dihadapi oleh Aceh di masa mendatang. Terutama hubungan Aceh dengan Belanda yang sudah mulai memburuk saat itu.
Muhammad Ghauth tiba di Prancis pada 1851. Ia menyerahkan surat Sultan Aceh kepada Kaisar Prancis, Napoleon III. Kaisar Napoleon III menjawab surat tersebut dengan menghadiahkan sebilah pedang dan menyatakan hubungan persahabatan negaranya dengan Aceh.
Kontribusi Aceh Dalam Perang Krimea: Hubungan Aceh dan Ottoman di Zaman Dulu dan Masa Setelahnya
Pada zaman dulu Aceh sudah pernah mengirimkan utusannya kepada Sultan Suleyman Agung, Selim II hingga Sultan Ahmed II untuk menjalin hubungan baik kedua negara, sekaligus Aceh menjadi wilayah dalam perlindungan atau “Protektorat” dari kekaisaran Ottoman saat itu.
Saat itu Ottoman mengirimkan tentaranya untuk membantu Aceh melawan Portugis dan membantu Aceh melakukan penaklukan di wilayah sekitarnya.
Selain itu Ottoman juga mengirimkan persenjataan kepada Aceh seperti meriam dan lainnya serta mengirimkan ahli pembuat senjata yang nantinya akan mengajari orang Aceh cara membuat senjata.
Di tahun-tahun berikutnya, Aceh beberapa kali mengirimkan utusannya ke Istanbul dan saling berkirim surat dan pesan. Seperti pada masa Sultan Abdul Aziz I dan masa Sultan Abdul Hamid II agar Kesultanan Ottoman mengirimkan bantuan dan membantu Aceh dalam perang menghadapi Belanda.
Baca Juga: Basiret ve Direnis: Klaim Aceh Sebagai Vasal Ottoman – Tinta Emas
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.