Pengepungan Kizlyar: Kebangkitan Gerakan Sheikh Mansur

Pengepungan Kizlyar merupakan salah satu episode penting dalam konflik antara pasukan Chechnya yang dipimpin oleh Syekh Mansur dan pasukan Rusia pada 15 Juli 1785 selama invasi Kekaisaran Rusia ke Kaukasus. Pengepungan ini menjadi bagian dari upaya Syekh Mansur untuk merebut benteng Kizlyar yang merupakan pusat ekonomi Rusia di Kaukasus Utara.

Pertempuran berakhir dengan kegagalan merebut benteng tersebut. Meski demikian, pasukan Chechnya berhasil merampas sejumlah besar harta rampasan perang dalam pertempuran ini. Pengepungan Kizlyar berlangsung selama empat hari, mulai dari 14 hingga 19 Juli 1785, tapi tanpa hasil kemenangan yang menentukan bagi kedua belah pihak. Namun, dalam catatan sejarah, diketahui bahwa pasukan Chechnya berhasil merebut benteng lain yang disebut Karginsk 1 hari sebelumnya, yang merupakan sukses militer penting bagi mereka.

19 hari sebelumnya, pada bulan Juni 1785, terjadi Pertempuran Sunja atau dikenal juga sebagai Pertempuran Aldi. Pertempuran tersebut melibatkan pasukan Chechnya di bawah komando Syekh Mansur dan pasukan Rusia. Pertempuran Sunja berlangsung dengan sengit, dan hasilnya sangat menentukan bagi perkembangan konflik selanjutnya.

Pada Pertempuran Sunja, pasukan Chechnya, meskipun berjumlah lebih sedikit daripada garnisun Rusia, berhasil melancarkan serangan yang efektif dan memperoleh kemenangan. Mereka berhasil menahan serangan Rusia dan menyebabkan kerugian besar pada pasukan musuh. Kemenangan ini membawa semangat tinggi bagi pasukan Chechnya dan menjadi momentum penting untuk memulai serangan berikutnya.

Imam Mansur (Gambar: Waynakh Online)

Benteng Kizlyar dan Pusat Ekonomi Rusia di Kaukasus Utara

Kota dan benteng Kizlyar terletak sembilan mil di bawah Borozdinskaya di tepi kiri Sungai Terek, mengikuti alirannya, sementara Sungai Borozda mengalir di sisi kirinya. Johann Anton Güldenstädt, seorang penjelajah asal Jerman di Rusia saat itu menyebutkan bahwa:

Sungai Terek di sekitar Kizlyar mengalami penurunan kedalaman yang signifikan, terutama pada musim semi dan musim gugur, ketika aliran airnya hampir tidak terlihat. Kizlyar berdiri di tepi sungai yang rendah, berlumpur, dan rawa, yang tidak hanya menjadi kotor saat musim salju mencair atau hujan turun, tetapi juga sangat rentan terhadap banjir. Untuk mengatasi masalah ini, upaya telah dilakukan dengan membangun bendungan yang dipantau dengan cermat selama aliran air.

Johann Anton Güldenstädt,
Penjelajah asal Jerman

Kondisi cuaca di sekitar Kizlyar ditandai oleh angin Timur dan Selatan yang bertiup dari pegunungan, menciptakan kekeringan dan suhu dingin. Tanah yang lembab dan rawa di sekitar Kizlyar, bersama dengan banyak genangan air, seringkali menghasilkan asap yang tebal dan berbau busuk, mengisi udara sekitarnya.

Deskripsi Wilayah Kizlyar Oleh Penjelajah Jerman

Lebih lanjut, Johann Anton Güldenstädt, menjelaskan bahwa Kizlyar terbagi menjadi empat wilayah yang berbeda:

  1. Benteng: Benteng ini berdiri sendiri tanpa bangunan di sekitarnya. Di dalamnya terdapat bangunan umum dan barak garnisun. Terletak di tepi kiri Sungai Terek, dekat sumber Kizlyarka, lokasi yang berdekatan dengan titik awal atau asal dari Sungai Kizlyarka. Sungai Kizlyarka adalah salah satu sungai kecil yang bermuara ke Sungai Terek di sekitar wilayah Kizlyar.1
  2. Pemukiman tentara di dekat Terek: Terletak beberapa ratus langkah di atas benteng, pemukiman ini menjadi tempat tinggal para prajurit.
  3. Kota inti: Terletak di antara pertemuan Sungai Kizlyarka dan Terek tua. Kota inti ini adalah tempat tinggal bagi berbagai etnis dan dibagi menjadi delapan bagian yang berbeda:
    • Kawasan Armenia: Disebut juga pemukiman Armenia oleh orang Rusia dan Armentir oleh orang Tatar.
    • Kawasan Georgia: Dikenal sebagai Gruzinskaya Sloboda dalam bahasa Rusia dan Kurtse-Aul dalam bahasa Tatar.
    • Kawasan orang yang baru dibaptis atau kaum proselit: Terdiri dari desa Kristen, yang terdiri dari Tatar Nogai, Kumyk, dan orang Sirkasia yang telah menerima iman Kristen. Sebagian besar penduduknya berasal dari suku Cossack Terek, yang semuanya telah dibaptis dan berasal dari etnis Tatar atau Sirkasia.
    • Kawasan Okochirsky: Awalnya dihuni oleh penduduk desa Kumyk di Okochir yang pindah ke Kizlyar. Kemudian dihuni oleh suku Kumyk dan Nogai, yang masih memegang teguh hukum Islam.
    • Kawasan Sirkasia: Dikenal sebagai Cherges-aul dalam bahasa Tatar, ditinggali oleh orang Sirkasia yang menganut agama Islam, sebagian besar adalah bawahan Pangeran Bekevich.
    • Kuartal Tatar Kazan: Terdiri dari orang Tatar Kazan yang pindah ke sini dari Kazan, bertani, dan menerima gaji per kapita, yang tidak dibayar oleh penduduk Terek lainnya.
    • Kuartal Tezik-aul: Dihuni oleh orang Persia yang dikenal sebagai tesisir oleh orang Rusia, atau “tudshir” yang berarti pedagang dalam bahasa Persia. Mereka berdagang dengan orang Armenia dan Georgia, tidak membayar pajak, dan tidak wajib melakukan dinas militer. Semua kawasan ini dikelilingi oleh benteng tanah di sisi lapangan.
  4. Kawasan Kirda-Yuler: Terletak di barat laut Kizlyarka, wilayah ini adalah dataran luas yang terpisah dari kota utama. Terkenal sebagai tempat tinggal bagi banyak orang Georgia dan Armenia, serta memiliki kebun anggur dan kebun sayur.

Struktur Bangunan Pemukiman Kizlyar

Karena kekurangan hutan, sejumlah kecil rumah dibangun menurut model Rusia dari kayu gelondongan. Tetapi sebagian besar rumah di Kizlyar dibangun dari batu bata mentah atau terbakar. Rumah-rumah tersebut terdiri dari gubuk lumpur, dengan atap yang terbuat dari campuran jerami, tanah liat, dan kayu. Bagian dalamnya cukup rendah. Namun, kondisi cuaca basah dan genangan air membuat rumah-rumah tersebut rentan terhadap kerusakan. Kayu cepat membusuk, dan batu bata yang terkena garam menjadi rapuh, menyebabkan rumah-rumah tersebut tidak cukup kuat dan sehat.

Menjelang Pengepungan Kizlyar dan Khutbah Sang Imam

Sepanjang musim panas tahun 1785, terjadi mobilisasi yang luar biasa di kamp Imam Mansur. Hal ini dipicu oleh kemenangan gemilang pasukan Chechen di Aldy. Dalam surat-surat dan proklamasi yang dikirim kepada berbagai suku pegunungan. Imam memanggil mereka untuk bersatu teguh melawan musuh bersama – pasukan Rusia dan para pangeran lokal yang bersekutu dengan mereka.

Panggilan ini tidak hanya sekadar terdengar, tetapi menemukan sambutan hangat di kalangan suku Kabardia dan Dagestan, yang bersedia untuk bergabung dengan kelompok pejuang kapan saja. Tak hanya itu, mayoritas rekan-rekan seperjuangan imam juga bergabung dengannya. Banyak pendaki gunung bahkan melakukan perjalanan jauh ke Aldy secara langsung hanya untuk mendengarkan khotbah-khotbah sang imam.

Dalam salah satu pidatonya, ia berkata:

“Putra-putra Kaukasus yang berbangga!

Selama ratusan tahun, nenek moyang kita mempertahankan tanah mereka dari tamu tak diundang yang mencoba menundukkan kita dengan paksa. Puluhan ribu penakluk meletakkan kepala mereka di sini. Namun ini tidak menjadi pelajaran bagi mereka yang hari ini ingin menaklukkan wilayah kita. Kekayaan Kaukasus menghantui musuh-musuh kita. Kita harus terus-menerus mempertahankan diri. Musuh-musuh menghancurkan rumah-rumah kita, membakar tanaman hasil panen kita, membunuh orang tua, perempuan dan anak-anak. Mereka membangun benteng di tanah kita, menebang hutan-hutan kita untuk memudahkan mereka menyerang kita, memelihara babi, tanpa peduli pada hukum dan adat kita. Mereka ingin mengusir kita ke pegunungan agar kita mati kelaparan.

Namun Allah mendengar doa-doa kita. Orang-orang Chechen yang pemberani, Kabardian, Avar, Kumyks dan saudara-saudara kita yang lain siap untuk berdiri bersama melawan musuh bersama. Kita harus menghancurkan semua benteng musuh – Kizlyar, Vladikavkaz, Mozdok, dan lain-lain. Jika kita tidak menghancurkannya, musuh akan membangun yang serupa di sini, di tanah kita. Dan kemudian kita akan mengucapkan selamat tinggal pada kebebasan kita, melupakan kebanggaan kita. Leluhur kita, yang mempertahankan tanah air mereka dari musuh dengan harga nyawa mereka, tidak akan memaafkan kita atas ini, keturunan kita tidak akan memaafkan kita atas ini, dan akhirnya, Allah yang Maha Agung tidak akan memaafkan kita atas ini. Hari ini tujuan kita adalah Kizlyar. Dengan menghancurkannya, kita akan memutuskan mata rantai pertama dalam rantai hitam perbudakan yang mencekik Kaukasus kita tercinta. Ini bukan hanya perang, tetapi Gazavat (Perang Suci). Setiap orang yang mengorbankan hidupnya dalam perang suci ini akan diberkati dan menjadi syuhada. Pertempuran tidak akan mudah, tetapi kita terinspirasi oleh fakta bahwa kita berjuang untuk tujuan yang benar. Ini berarti bahwa Tuhan sendiri bersama kita. Laki-laki sejati dikenal di medan perang. Oleh karena itu, jangan takut pada musuh, jangan mundur! Semoga Yang Maha Kuasa membantu kita untuk mengusir orang-orang kafir dari tanah kita!”

Shaikh Mansur,
Pemimpin Gerakan Perlawanan di Kaukasus Utara

Kebangkitan Gerakan Shaikh Mansur dan Kemenangan di Karginsk

Ketegangan semakin meluas di Chechnya, Kabarda, dan Dagestan. Semakin banyak sukarelawan baru yang ikut bergabung dengan pasukan Imam Mansur, dan semakin banyak pula pangeran dan pemimpin yang menyatakan keinginan untuk bergabung dengannya dalam kampanye merebut Kizlyar. Dari seluruh benteng di sepanjang garis Kaukasus, Kizlyar memiliki kepentingan strategis yang paling besar.

Sebagai benteng Rusia tertua, Kizlyar menjadi jembatan yang menghubungkan Kaukasus Utara, Transkaukasia, dan Rusia. Jalan yang melewati Kizlyar menghubungkan garis Kaukasus dengan Astrakhan. Selain itu, Kizlyar juga merupakan pusat administrasi dan ekonomi utama bagi seluruh Kaukasus Utara.
Dengan merebut Kizlyar, imam berharap dapat memutus hubungan antara Kaukasus Utara dan Astrakhan, sehingga menghalangi jalur utama antara Rusia dan Kaukasus.

Pada 14 Juli, pasukan Mansur maju menuju benteng Karginsk, yang terletak 8 kilometer dari Kizlyar. Beberapa serangan pertama oleh para pejuang pegunungan berhasil dipatahkan, setelah itu mereka memicu beberapa kebakaran besar. Kebakaran tersebut akhirnya mencapai gudang mesiu, yang menyebabkan seluruh benteng, bersama dengan para penjaganya, meledak. Para pejuang Mansur menyerbu benteng segera setelah itu, dan menangkap tentara Rusia yang tersisa, serta empat meriam. Ini adalah kemenangan pertama Syekh Mansur di luar wilayah Chechnya.

Baca Juga: Peristiwa Penggerebekan Benteng Karginsky – Tinta Emas

Pengepungan Kizlyar Dimulai

Pada tanggal 15 Juli 1785, hanya 19 hari setelah Pertempuran Sunja atau 1 hari setelah serangan Karginsk, Syekh Mansur bersama pasukannya melancarkan serangan untuk merebut benteng Rusia, Kizlyar. Meskipun secara numerik pasukan Chechnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan garnisun Rusia yang berada di dalam benteng, mereka tetap menghadapi tantangan ini dengan keberanian dan tekad yang tinggi.

Terinspirasi oleh kesuksesan sebelumnya, para pejuang maju menuju benteng pada tanggal 15 Juli. Di dalam benteng, kepanikan merajalela di antara penduduk. Salah satu saksi mata menggambarkan suasana tersebut:

“Pemandangan yang sangat menyedihkan. Anak-anak ketakutan berteriak, para wanita menangis, dan, kehilangan akal mereka, tidak tahu harus berbuat apa. Orang tua yang beruban menatap muram pada keluarga mereka, mengambil dan menyembunyikan barang-barang mereka. Banyak yang, tanpa keyakinan akan kemungkinan mempertahankan kota, dan melarikan diri ke padang rumput Astrakhan…”

Saksi Mata,
Musaev, Alaudin (2007). “Syekh Mansur”. hal. 48. (Мусаев, Алаудин (2007). Шейх Мансур)

Pada malam harinya, pasukan Cossack dikirim untuk berhadapan dengan pasukan Kaukasus Utara. Sebelum berangkat, mereka bersumpah untuk bertahan demi tanah air mereka dan “mati dengan punggung menghadap sungai Terek” (artinya, mati tanpa membiarkan para pasukan Kaukasus Utara menyeberangi Sungai Terek) jika mereka tidak dapat menghentikan “serigala gembala,” panggilan mereka untuk Syekh Mansur.

Malam berganti pagi, tetapi keesokan harinya, terdengar teriakan “Mereka datang!”, dan benteng kembali dalam kepanikan. Untuk membangkitkan semangat rakyat, imam-imam pendeta Rusia dan Armenia berjalan-jalan di jalanan, menyanyikan doa-doa, dan menyiramkan air suci pada orang-orang Kristen dan dinding benteng. Para prajurit mulai mempersiapkan diri untuk pertempuran yang akan datang dan berdiri tegak di atas dinding benteng.

Pada tengah hari, pasukan Kaukasus Utara mulai menyeberangi Sungai Terek, mereka disambut oleh para pejuang Cossack, yang berusaha sekuat tenaga untuk mencegah mereka, namun mengalami banyak korban. Hingga sore hari, pasukan Mansur telah berhasil menyeberangi sungai dan mereka bergerak maju untuk menyerang pagar benteng.

Pengepungan Kizlyar dan Benteng Pertahanan Yang Kokoh

Secara total, pasukan Imam Mansur melakukan lima serangan besar terhadap benteng, namun setiap kali mereka dipukul mundur oleh tembakan meriam dan senapan dari dalam benteng. Serangan kelima menjadi yang paling agresif, dan tampaknya momentum gelombang pertempuran beralih ke pihak pasukan Imam Mansur. Di beberapa titik, para penyerang bahkan berhasil memanjat dinding benteng. Pihak Rusia melemparkan semua kekuatan terakhir mereka pada para pejuang pegunungan yang mendekat perlahan, bahkan warga sipil ikut ambil bagian dengan mengangkat senjata untuk melawan mereka.

Pasukan Chechnya langsung menyerang benteng dengan harapan dapat merebutnya. Namun, benteng Kizlyar terbukti sangat kuat dan dipertahankan dengan pasukan besar yang ditempatkan di dalamnya. Pertempuran sengit berlangsung lebih dari satu jam, dan ketika malam tiba, pihak Rusia akhirnya berhasil menahan serangan tersebut, menyebabkan pasukan Mansur mundur ke kamp mereka. Meskipun serangannya efektif, pasukan Chechnya tidak berhasil merebut benteng tersebut.

Serangan Kejutan Infanteri Tomsk

Pagi berikutnya setelah pengepungan Kizlyar, pihak Rusia memutuskan untuk melakukan serangan terhadap kamp pasukan Kaukasus Utara dengan bala tentara dari Resimen Infanteri Tomsk — Satu-satunya unit yang masih mampu bertempur setelah pertempuran sengit sehari sebelumnya. Serangan ini tidak hanya bertujuan secara fisik, tetapi juga secara psikologis — untuk menegaskan kepada para pemberontak tentang ketangguhan dan keberanian pasukan Kizlyar. Resimen ini bertugas untuk mengusir pasukan Mansur dari sekitar benteng. Dengan formasi persegi dan diiringi dentuman drum yang menggema, resimen itu meninggalkan dinding benteng dengan penuh semangat menuju kamp pasukan Syekh Mansur.

Namun, ketika menyadari bahwa Kizlyar tidak akan dapat direbut, Mansur memusatkan seluruh kekuatan yang tersisa untuk menghadapi resimen infanteri Tomsk. Serangan pasukan Mansur dilancarkan dari keempat arah sekaligus, dan suksesnya serangan tersebut membuat resimen Tomsk, setelah menderita kerugian berat, terpaksa mundur kembali ke dalam benteng. Meskipun dalam kondisi mundur, resimen tersebut tetap menjaga keteraturan dan koordinasi, sehingga seluruh unit tidak mengalami kehancuran total.

Pada hari berikutnya, tanggal 18 Juli, Mansur memerintahkan pasukannya untuk menghentikan serangan dan meninggalkan Kizlyar. Dia menyadari bahwa pasukannya belum siap untuk menyerang benteng yang kokoh dan kuat pertahanannya. Selain itu, serangan lanjutan terhadap Kizlyar berpotensi menimbulkan kerugian besar yang tidak dapat dia biarkan. Setelah meninggalkan Kizlyar, Imam Mansur memperbolehkan pasukannya untuk kembali ke rumah masing-masing guna istirahat dan pemulihan. Sementara itu, Imam Mansur sendiri kembali ke desa kelahirannya, Aldy.

Meskipun gagal merebut benteng Kizlyar, Syekh Mansur memutuskan untuk menganggap serangan pertama ini sebagai langkah awal yang cukup dan memutuskan untuk mundur. Namun, meskipun pengepungan Kizlyar berakhir tanpa berhasil merebut benteng, pasukan Chechnya berhasil merampas sejumlah besar harta rampasan perang dari pasukan Rusia. Keberhasilan ini memberikan dorongan moral bagi pasukan Chechnya dan menjadi sumber daya yang penting dalam melanjutkan perjuangan mereka.

Baca Juga: Pertempuran Ghunib: Perlawanan Terakhir Imamah Kaukasus – Tinta Emas

Pasca Pengepungan Kizlyar

Setelah itu, Imam Mansur berpidato dan mengucapkan selamat kepada pasukannya atas kemenangan di Karginsk dan kekalahan resimen infanteri Tomsk, sambil memberikan motivasi agar terus mempertahankan semangat perjuangan:

“Rekan-rekan sebangsa yang terhormat! Putra-putra Kaukasus yang merdeka!

Kita telah membuktikan kepada musuh bahwa mereka tidak akan mendapat hidup tenang di tanah kita. Musuh menyadari bahwa kita akan membalas dendam atas serangan mereka terhadap desa-desa kita. Kita tidak menyembunyikan serangan kita terhadap Kizlyar dari musuh. Mereka tidak pergi ke benteng seperti perampok, di bawah perlindungan kegelapan. Kita gagal merebut kota itu — mungkin ini adalah kehendak dari Yang Maha Kuasa. Namun, kampanye kita tidak sia-sia. Musuh terkejut oleh tindakan kita. Dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa dan berkat keberanian kalian, putra-putra berani dari pegunungan, kita berhasil menghancurkan pasukan musuh yang signifikan dan meledakkan benteng Karginsky beserta para penjaganya. Saya mengucapkan selamat atas kesuksesan ini. Sekarang musuh kita tidak akan lagi dapat merampok desa-desa kita dengan bebas. Rakyat terbangun, mereka menyadari bahwa nasib tanah air ada di tangan mereka sendiri.

Kita tidak menyerbu Kizlyar. Kita tidak bisa bertarung melawan meriam dan senapan dengan tombak dan pisau belati. Tetapi kita tidak boleh patah semangat karena satu kegagalan. Waktu akan datang ketika bukan hanya Kizlyar, tetapi juga semua benteng lainnya akan takluk kepada kita. Tugas kita adalah mengangkat semua bangsa Kaukasus untuk melawan para penjajah. Kita telah menyalakan percikan api yang terus membara. Hanya dengan bersatu, bangsa-bangsa Kaukasus akan dapat melindungi tanah air mereka. Semoga Allah membantu kita menjadi saudara dan menemukan bahasa yang sama dengan semua orang yang datang kepada kita dengan kebaikan dan bukan dengan perang. Ingatlah, segalanya berada di tangan Yang Maha Kuasa! Percayalah kepada-Nya! Berdoalah kepada-Nya! Bersedekahlah kepada semua yang membutuhkan! Kekayaanmu tidak akan berkurang karena ini, tetapi hanya akan bertambah. Jadilah tekun dalam iman, ikuti hukum, sucikan jiwa kalian dari kebusukan. Ketahuilah bahwa semua yang telah kalian lakukan di dunia ini, baik dan buruk, akan diingatkan kembali kepada kalian pada Hari Kiamat.”

Shaikh Mansur,
Pemimpin Gerakan Perlawanan di Kaukasus Utara

Pidato Imam Mansur memiliki dampak yang signifikan; hampir tidak ada pendukungnya yang memandang mundurnya dari Kizlyar sebagai kekalahan. Mundurnya pasukan Imam Mansur dari Kizlyar juga tidak menghambat penyebaran gerakan ini ke seluruh wilayah. Banyak individu terus meninggalkan penguasa dan pangeran mereka untuk bergabung dengan pasukan Syekh Mansur. Para pangeran Endirey menulis surat kepada komandan Kizlyar, Veshnyakov:

“Orang-orang telah meninggalkan ketaatan kami: mereka berniat mengusir kami dari desa,…”

Dalam sebuah pertemuan yang diadakan oleh penduduk Endirey, disepakati bahwa jika ada pengkhianat yang mengkhianati dan membocorkan rencana Syekh Mansur kepada otoritas Rusia, langkah yang diambil adalah maka “Bunuhlah orang seperti itu dan rampas serta bakarlah rumah dan harta bendanya“.

Beberapa faktor yang menjadi penyebab kegagalan pasukan Syekh Mansur merebut benteng Kizlyar antaranya adalah: Kurangnya peralatan khusus, senjata yang memadai, dan yang paling krusial, kurangnya pengalaman dalam pertempuran semacam itu.

Akhir dari Pengepungan Kizlyar menghasilkan kemenangan strategis bagi pasukan pejuang Kaukasus Utara. Sedangkan pasukan Rusia secara taktis memperoleh kemenangan piris, kemenangan yang mereka raih dengan mengalami kerugian yang sangat besar.

Catatan Kaki

  1. Mengacu pada wilayah yang dekat dengan bagian hulu Sungai Kizlyarka, di mana aliran sungai tersebut lebih kecil dan mungkin lebih dekat dengan permukaan tanah. Hal ini dapat memiliki implikasi terhadap topografi dan karakteristik lingkungan di sekitar area tersebut. ↩︎

Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Avatar photo

Tinta Emas

Selamat datang di Tinta Emas! Kami menjadi sumber berita arus utama yang memotret berbagai peristiwa di seluruh belahan dunia dengan kecermatan, keadilan dan integritas.

Dari Penulis

Usman dan Harun: Pahlawan di Indonesia, Teroris di Singapura

Peristiwa Penggerebekan Benteng Karginsky