Pemilu Bolivia yang digelar pada 2025 ini berpotensi menggeser kekuasaan ke kanan dan mengakhiri hampir dua dekade dominasi Movimiento al Socialismo (MAS), yang bahkan terancam kehilangan status hukum jika gagal menembus 3%. Survei menempatkan pengusaha tengah-kanan Samuel Doria Medina bersaing ketat dengan mantan presiden kanan Jorge “Tuto” Quiroga, sementara Presiden Luis Arce memilih tidak maju dan mengusung Menteri Pemerintahan Eduardo del Castillo yang hanya sekitar 2%. Evo Morales, dibayangi surat perintah penangkapan dan memobilisasi protes yang sempat mematikan, menyerukan suara tidak sah; di kubu kiri, senator muda Andrónico Rodríguez—mantan kader MAS yang kini di Alianza Popular—muncul sebagai figur tertinggi meski suara kiri terpecah. Sekitar 7,9 juta pemilih akan menentukan arah negara di tengah krisis ekonomi terburuk sejak 1985 (kelangkaan dolar dan BBM, antrean panjang, inflasi melonjak), dengan hasil awal pukul 21.00 waktu setempat dan peluang putaran kedua 19 Oktober jika tak ada kandidat meraih >50% atau ≥40% dengan selisih 10 poin. Analis memperkirakan MAS akan lengser namun sulit melepas kendali; Arce berjanji menghormati hasil dan menyalahkan manuver politik kubu Morales atas macetnya legislasi.

Oposisi kanan memimpin; Evo Morales dorong suara tidak sah, Luis Arce mundur dari pencalonan
Rakyat Bolivia hari ini menuju TPS dalam pemilu yang berpotensi menggeser arah politik ke kanan sekaligus mengakhiri hampir dua dekade dominasi Movimiento al Socialismo (MAS). Partai yang pertama kali memenangkan kursi presiden lewat Evo Morales pada 2005 itu bahkan terancam kehilangan status hukum jika gagal menembus ambang 3% suara—angka yang sejauh ini belum terlihat dalam berbagai survei.
Peta persaingan sementara menempatkan dua tokoh oposisi di depan: pengusaha tengah-kanan sekaligus mantan menteri perencanaan Samuel Doria Medina, dibayangi ketat oleh mantan presiden sayap kanan Jorge “Tuto” Quiroga. Di tengah krisis ekonomi terburuk dalam empat dekade yang memicu antrian panjang, kelangkaan dolar dan BBM, serta inflasi menanjak, Presiden Luis Arce (61) memilih tidak maju. Mantan menteri keuangan selama 14 tahun di era Morales itu menugaskan Menteri Pemerintahan berusia 36 tahun, Eduardo del Castillo—yang hanya berkisar 2% di survei—untuk bertarung sebagai calon presiden.
Morales (65) sendiri tersandung surat perintah penangkapan atas dugaan menghamili anak berusia 15 tahun. Sejak Oktober, ia berdiam di wilayah sentra koka Bolivia tengah sembari berupaya kembali ke gelanggang politik. Setelah mendaftar lewat partai lain namun diblokir putusan mahkamah konstitusi dan pengadilan pemilu, presiden pribumi pertama Bolivia itu menyerukan protes yang berujung bentrokan mematikan dengan polisi. Kini ia mendorong pendukungnya mencoblos suara tidak sah, dengan klaim bahwa jika jumlahnya melebihi perolehan kandidat terdepan, “itu berarti ia menang”.
“Sebetulnya sebelum seruan Morales, suara tidak sah sekitar 10%; sekarang 12%. Kalaupun naik, saya ragu melonjak jauh—dan suara tidak sah punya banyak sebab, bukan hanya dia,” ujar analis politik Carlos Toranzo. Mengingat rekam jejak survei yang kerap meleset di Bolivia dan banyaknya pemilih yang belum menentukan pilihan, Toranzo menilai masih ada “sedikit peluang” munculkan penantang lain ke putaran kedua menghadapi Doria Medina atau Quiroga: senator 36 tahun, Andrónico Rodríguez.
Rodríguez—figur kiri dengan elektabilitas tertinggi (peringkat ketiga hingga kelima)—dulunya dianggap pewaris alami Morales karena akar kepribumian dan kepemimpinannya di serikat petani koka. Namun ia dicap “pengkhianat” setelah mendeklarasikan pencalonan sendiri. Lama bernaung di MAS, sang senator memilih hengkang dan maju lewat koalisi kiri Alianza Popular—cerminan betapa terpecahnya suara kubu kiri. Di sisi lain, dukungan dari arus akar rumput tetap cair. “Mereka yang menyerukan suara tidak sah hanyalah segelintir pengkhianat terhadap perjuangan leluhur kita,” kata Enrique Mamani dari organisasi Aymara Ponchos Rojos, seraya menyatakan dukungan untuk Rodríguez.
Baca Juga: Koalisi Negara Arab dan Islam Kecam Ucapan ‘Israel Raya’ Netanyahu – Tinta Emas
Sekitar 7,9 juta pemilih terdaftar berhak memberikan suara, dengan hasil sementara dijadwalkan keluar pukul 21.00 waktu setempat. Jika tak ada kandidat meraih >50% atau minimal 40% dengan selisih 10 poin dari peringkat kedua, untuk pertama kalinya Bolivia akan menggelar putaran kedua pada 19 Oktober.
Bagi Toranzo, satu hal mulai mendekati kepastian: MAS akan turun tahta—meski prosesnya tidak akan mudah. “Mereka memegang kuasa selama 20 tahun dengan kendali nyaris absolut atas parlemen, peradilan, dan otoritas pemilu,” ujarnya. Arce kepada The Guardian menegaskan akan menghormati hasil bila kubu kanan menang. Mengakui tingkat ketidakpuasan publik, ia menuding sebagian besar krisis dan kemerosotan MAS bersumber dari manuver politik mantan mentornya. “Sekutu Morales di parlemen mensabotase dan memboikot semua rancangan undang-undang kami,” katanya, sebelum menutup dengan kutipan favorit: “Seperti ditulis Fidel Castro, ‘sejarah akan membebaskan kami’. Saya yakin suatu saat rakyat akan merindukan kami.”
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.