
Langkah Berani Seorang Mansa Dalam Mencapai Batas Samudera
Abubakari II, seorang mansa dari Kekaisaran Mali, mengambil langkah luar biasa dengan mengabdikasikan tahtanya untuk menjelajahi “batas samudra”. Sayangnya, ekspedisi ini menghilang tanpa jejak. Beberapa sejarawan, seperti Gaoussou Diawara, mengklaim bahwa Abubakari mencapai Amerika pada awal abad ke-14, meskipun pendapat ini mendapat penolakan dari sejarawan lain.
Mansa Musa menginap di Kairo selama tiga bulan pada tahun 1324 saat dalam perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji.
Saat berada di sana, ia menjalin persahabatan dengan seorang emir bernama Abu al-Hasan Ali ibn Amir Hajib. Saat itu sang emir menjabat sebagai gubernur distrik di Kairo tempat Musa tinggal.
Ibnu Amir Hajib kemudian berbagi dengan ulama al-Umari apa yang ia pelajari tentang Mali dari percakapannya dengan Musa.
Dalam salah satu percakapan tersebut, Ibnu Amir Hajib bertanya kepada Musa bagaimana ia menjadi raja, dan Musa dengan ramah menjawab:
Jawaban Mansa Musa:
“Kami berasal dari keluarga yang mewarisi tahta kerajaan. Raja pendahulu saya tidak pernah meyakini bahwa mencari batas terjauh dari Samudra Atlantik adalah suatu hal yang tidak mungkin, dan ia sungguh-sungguh ingin membuktikannya. Oleh karena itu, ia mempersiapkan 200 kapal dengan awak dan jumlah yang sama dengan emas, air, serta persediaan yang cukup untuk bertahan bertahun-tahun. Ia berkata kepada pemimpin ekspedisi, ‘Jangan kembali sebelum mencapai ujungnya atau persediaan serta airmu habis.’ Mereka berlayar, dan berlalulah waktu yang lama sebelum satu kapal kembali. Kami bertanya kepada kaptennya tentang kabar yang mereka bawa. Dengan penuh semangat, ia berkata, ‘Ya, Wahai Sultan, kami berlayar lama hingga di tengah lautan terbuka muncul seperti sungai dengan arus yang kuat. Kapal saya yang terakhir. Kapal-kapal lain melanjutkan, namun saat mereka mencapai tempat itu, tak ada yang kembali. Kami tidak tahu nasib mereka. Saya langsung berbalik arah dan tidak memasuki sungai itu.’ Sayangnya, sultan tidak mempercayainya.”Mansa Musa Kaisar Mali
Pelayaran Atlantik Kekaisaran Mali Memicu Perdebatan Sejarawan
Catatan al-Umari tentang percakapan ini merupakan satu-satunya laporan tentang pelayaran tersebut. Sejarawan Arab abad pertengahan lain atau dalam tradisi lisan Afrika Barat tidak pernah menyebutkan laporan tersebut. Meskipun begitu, beberapa sejarawan menganggap kemungkinan pelayaran semacam itu dengan serius.Identitas mansa yang bertanggung jawab atas perjalanan ini menjadi tumpuan kebingungan. Al-Umari tidak mencatat nama mansa dalam keterangan Musa, sehingga tidak memberikan petunjuk mengenai identitasnya selain sebagai pendahulu Musa.Menurut sejarawan Arab Ibnu Khaldun, yang menulis beberapa dekade kemudian, pendahulu Musa sebagai mansa adalah Muhammad ibn Qu. Oleh karena itu, beberapa sejarawan mengaitkan perjalanan ini dengan Mansa Muhammad.Beberapa sumber mengklaim mansa tersebut adalah Abu Bakr II. Namun, penempatan Mansa Abu Bakr II dalam daftar penguasa Kekaisaran Mali merupakan sebuah kesalahan. Kesalahan ini berakar dari kekeliruan terjemahan teks Ibn Khaldun oleh sejarawan Eropa abad ke-19,William McGuckin (Baron De Slane) menerjemahkan Ibn Khaldun seolah-olah menyatakan bahwa kekuasaan berpindah dari Muhammad ke Abu Bakr, lalu ke Musa.Padahal, dalam teks asli bahasa Arab hanya menyebutkan Abu Bakr sebagai leluhur garis keturunan Musa, bukan sebagai penguasa.Abu Bakr yang dimaksud adalah saudara Sunjata, pendiri Kekaisaran Mali, dan tampaknya tidak pernah memerintah sendiri. Meskipun ada figur lain bernama Abu Bakr yang memerintah sebagai mansa, dia adalah pendahulu Sakura, bukan Musa.Sisi Lain Pelayaran Samudera Atlantik Kekaisaran Mali
Beberapa sejarawan hanya menyiratkan tanpa penjelasan lebih lanjut bahwa perjalanan ini seharusnya tertuju pada Mansa Qu. Ia merupakan ayah dan pendahulu Muhammad ibn Qu menurut Ibn Khaldun.Tidak ada bukti yang secara tegas mengonfirmasi adanya hubungan antara Afrika dan Amerika sebelum zaman Columbus.Meskipun belum jelas apakah kapal-kapal Malian pernah mencapai Amerika. Namun yang pasti adalah mereka sepertinya tidak pernah kembali ke Afrika dan tidak ada dampak ekonomi jangka panjang dari petualangan tersebut.Sungai di lautan yang dijelaskan oleh yang selamat dari ekspedisi pertama kemungkinan adalah Arus Kanari.Inklusi fakta ini dalam laporan Musa menandakan bahwa Musa memiliki pemahaman tentang kondisi oseanografi di Atlantik terbuka.Arus Kanari mengalir dari Afrika Barat ke Amerika, memudahkan perjalanan dari Afrika ke Amerika tetapi menjadi penghalang sebaliknya.Pendapat Sejarawan Modern
Ivan Van Sertima mengutip abstrak log Columbus yang karya Bartolomé de las Casas. Menurutnya, tujuan dari perjalanan ketiga Columbus adalah untuk menguji klaim Raja John II dari Portugal. Raja John II mengklaim bahwa “kano telah ditemukan yang berangkat dari pantai Guinea (Afrika Barat) dan berlayar ke barat dengan membawa barang dagangan.”Selain itu, ada klaim dari penduduk asli pulau Karibia Hispaniola bahwa “dari selatan dan tenggara, datang orang kulit hitam yang senjatanya terbuat dari logam bernama guanín… ditemukan bahwa dari 32 bagian: 18 emas, 6 perak, dan 8 tembaga.”Meski demikian, para sarjana meragukan keberadaan bukti yang mendukung perjalanan semacam itu mencapai Amerika. Para sarjana mengklaim bahwa tidak ada dasar bukti yang memadai untuk menunjukkan adanya kontak antara Afrika dan Dunia Baru pada suatu titik dalam era pra-Columbus.Haslip-Viera bersama dengan rekan penelitinya, menekankan bahwa “tidak ada artefak asli Afrika yang pernah ditemukan dalam ekskavasi arkeologi yang dikendalikan di Dunia Baru.”Karl Taube, seorang profesor di UC Riverside yang ahli dalam sejarah Mesoamerika pra-Columbus, menyatakan bahwa “tidak ada bukti materiil dari kontak Pra-Hispanik antara Dunia Lama dan Mesoamerika sebelum kedatangan Spanyol pada abad keenam belas.”Pelayaran Samudera Atlantik: Akhir Dari Sebuah Perjalanan
Mansa Musa sendiri tampaknya merasa bahwa rencana yang pendahulunya lakukan tidaklah praktis. Poin utama yang ingin dia sampaikan kepada Ibn Amir Hajib adalah bahwa kegagalan perjalanan pendahulunya sebenarnya membuka jalan baginya untuk menjadi raja.
Di era modern, perjalanan tersebut semakin diapresiasi. Gaoussou Diawara, sejarawan asal Mali, mencatat bahwa mansa seharusnya menjadi panutan oleh para politisi modern. Menurutnya, mansa menjadi contoh penguasa yang menghargai ilmu pengetahuan dan penemuan lebih dari pada mempertahankan kekuasaan.
Apa pendapatmu tentang pelayaran ini ?
Baca Juga: Orang Cossack: Sejarah dan Asal UsulEksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
+ There are no comments
Add yours