Malikussaleh

  • Malikussaleh

 

Nama Lengkap

Meurah Silu (Nama lahir)
Sultan Malikussaleh (Julukan)

Sôleutan Malikussaleh (Aceh-Latin)
سلطان‌ الملك الصالح (Arab & Harah Jawoë)
Sultan al-Malik al-Ṣāliḥ (ALA-LC romanization)

SULTAN SAMUDERA PASAI KE-1
Memerintah 1267-1297 M
Penobatan ?
Pendahulu Kerajaan didirikan
Penerus Sultan Muhammad Malikuzzahir
Informasi Pribadi
Kelahiran 1111 M (?)
Kematian 1297 M
Pemakaman Museum Islam Samudera Pasai, Gampong Beuringen, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara, Aceh
Pasangan Puteri Ganggang dari Peureulak
Anak/Keturunan Sultan Muhammad Malikuzzahir
Dinasti & Periode Pasai
Ayah

Meurah Makhdum Malik Ahmad/Malik Abdullah/Meurah Seulangan atau Meurah Jaga (?)

Mari berkontribusi untuk menambah informasi!

Ibu
Kakek Malik Ibrahim (?)
Nenek
Agama Islam
Tanda Tangan/ Cap/ Stampel
Jabatan Sultan, Penguasa Pasai
Politik Monarki
Dikenal Atas Pendiri dan Sultan Pertama Samudera Pasai

Malikussaleh adalah sultan pertama dan pendiri Kesultanan Samudera Pasai, salah satu kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara, yang menjadi tonggak penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara. Beliau mulai memerintah pada tahun 1267, menorehkan jejak kepemimpinan yang membawa pengaruh besar terhadap perkembangan agama, politik, dan budaya di kawasan tersebut.

Sebelum bergelar Sultan Malikussaleh, nama asli beliau adalah Meurah Silu. Gelar “Malikussaleh” yang berarti “Malik yang saleh” diberikan sebagai penghormatan atas kebijaksanaan dan kesalehannya. Menurut catatan sejarah, Sultan Malikussaleh adalah satu-satunya raja di kawasan ini pada abad ke-13 yang mampu membaca Al-Qur’an, sebuah keistimewaan yang mencerminkan kedalaman ilmu agamanya.

Secara garis keturunan, Sultan Malikussaleh berasal dari Sukee Imeum Peuet, sebuah sebutan untuk keturunan empat maharaja (Meurah) bersaudara dari Mon-Khmer (Champa). Keempat maharaja ini merupakan pendiri kerajaan-kerajaan pra-Islam di Aceh. Di antaranya:

  1. Maharaja Syahir Po-He-La, pendiri Kerajaan Peureulak di Aceh Timur.
  2. Syahir Tanwi, pendiri Kerajaan Jeumpa di Bireuen.
  3. Syahir Poli (Pau-Ling), pendiri Kerajaan Sama Indra di Pidie.
  4. Syahir Nuwi, pendiri Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar.

Warisan Sultan Malikussaleh tidak hanya tercermin dalam sejarah, tetapi juga diabadikan dalam berbagai nama tempat dan institusi di Aceh. Nama beliau kini menjadi nama Bandar Udara Malikussaleh dan Universitas Malikussaleh (UNIMAL) di Kota Lhokseumawe, yang keduanya menjadi simbol penting bagi masyarakat Aceh dalam mengenang sosok beliau sebagai pelopor kebangkitan Islam di Nusantara.












Selamat datang di Post Ensiklopedia!

Post Ensiklopedia bukan merupakan produk jurnalistik dari Tinta Emas, melainkan sebuah laman yang berfungsi sebagai pusat informasi dari berbagai sumber. Harap dicatat bahwa informasi yang disajikan di laman ini tidak selalu terjamin akurasinya; beberapa data mungkin benar, sementara yang lain berpotensi mengandung kesalahan. Kami membutuhkan kontributor, relawan, atau para ahli untuk menambahkan dan memberikan informasi yang akurat disertai bukti dan sumber yang relevan.

Masukan

Kami sangat menghargai masukan Anda. Apabila Anda menemukan informasi yang kurang lengkap, ambigu, menyesatkan, tidak akurat, keliru, atau meragukan, mohon informasikan kepada kami. Jelaskan secara jelas cerita atau peristiwa yang dimaksud, alasan Anda meyakini informasi tersebut tidak benar, dan jika memungkinkan, sertakan sumber yang relevan. Jika Anda menemukan konten di situs kami yang diduga melanggar hak cipta, mohon laporkan kepada kami. Kami berkomitmen untuk menghormati hak kekayaan intelektual dan akan segera menindaklanjuti setiap masalah yang muncul. Terima kasih atas bantuan dan perhatian Anda. Hubungi kami melalui Email: redaksi@tintaemas.net

Penggunaan Simbol

“” (Tanda kutip ganda):** Digunakan untuk mengutip kata atau frasa dari sumber lain atau untuk menyoroti istilah tertentu.

“?” (Tanda tanya): Menandakan adanya pertanyaan, ketidakjelasan sumber, atau kebutuhan akan data yang valid dan relevan.

“*” (Bintang): Mengacu pada suatu nilai perkiraan.

“+/-” (Tambah atau kurang): Menunjukkan toleransi atau kisaran kurang lebih dari suatu angka.

“!” (Tanda seru): Menunjukkan pernyataan penting atau penekanan khusus. Cocok untuk hal-hal yang perlu diperhatikan.

“~” (Tilde): Mengacu pada angka atau kondisi yang mendekati, seperti “sekitar” atau “hampir.”

“()” (Kurung): Digunakan untuk menyisipkan informasi tambahan, penjelasan, atau alternatif.

“[]” (Kurung siku): Biasanya digunakan untuk menambahkan klarifikasi atau komentar editorial dalam sebuah kutipan.

“#” (Pagar): Merujuk pada penomoran, topik tertentu, atau kategori (biasa digunakan dalam konteks media sosial atau penanda).

“…” (Elipsis): Menunjukkan kelanjutan, penghilangan, atau ketidaklengkapan suatu pernyataan.


Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Avatar photo

Tinta Emas

Selamat datang di Tinta Emas! Kami menjadi sumber berita arus utama yang memotret berbagai peristiwa di seluruh belahan dunia dengan kecermatan, keadilan dan integritas.

Dari Penulis

Israel-Hamas Capai Gencatan Senjata untuk Akhiri Perang Gaza

Iskandar Muda

Tinggalkan Balasan