Kongres Perempuan Indonesia I: Cikal Bakal Hari Ibu Nasional

Kongres Perempuan Indonesia I diselenggarakan pada 22-25 Desember 1928, bertempat di gedung Joyodipuran, Yogyakarta. Kongres ini menjadi cikal bakal Hari Ibu di Indonesia. 

hari ibu
Anggota Kongres Perempuan I di Yogya 22 Desember 1928, (dari kiri ke kanan) Ibu Soenarto Mangunpuspito, Ibu Kartowijono, Ibu Dr Moewardi, dan Ibu Soelarso menghadiri peringatan Hari Ibu di Istora Senayan Jakarta, 22 Desember 1972. (Pat Hendranto/Kompas.com)

Kongres Perempuan Indonesia I berhasil diadakan setelah Sumpah Pemuda. Kongres ini merupakan gerakan kolektif awal dalam mempersatukan cita-cita dan perjuangan kaum wanita Indonesia. 

Dalam buku Biografi Tokoh Kongres Perempuan Indonesia Pertama (1991) oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kongres Perempuan Indonesia I dipelopori oleh tiga orang wanita yaitu Ny. Sukonto, Nyi Hajar Dewantoro dan Nona Sujatien, serta didukung sebanyak 7 organisasi wanita meliputi:

1. Wanito Utomo

2. Wanito Taman Siswo

3. Putri Indonesia

4. Wanita Katholik

5. Jong Java (Bagian gadis-gadis Meis-

jeskieng)

6. Aisyiyah

7. JIBDA (Jong lslamieten Bond Domes

Afdeeling bagian wanita)

Kongres dihadiri lebih dari I 000 orang, yang merupakan wakil 30 organisasi wanita dari seluruh Jawa dan Sumatera dan beberapa organisasi kaum laki-laki.

Terkait: Hari Ibu di Indonesia | 22 Desember – Tinta Emas

Gagasan Awal Kongres Perempuan

Keterlibatan kaum wanita pada masa kolonial dimulai dengan keberadaaan bagian wanita di organisasi-organisasi induk seperti Puteri Mardika yang merupakan organisasi keputrian di Budi Utomo. 

Setelah tahun 1920 organisasi wanita memliki orientasi yang lebih luas terutama dalam menjangkau masyarakat bawah, sehingga timbul kesadaran nasional kaum wanita. 

Ny. Sukonto sebagai salah seorang pelopor menyatakan bahwa walaupun perkumpulan perempuan di Indonesia sudah banyak, tetapi perkumpulan-perkumpulan itu tidak dapat membicarakan nasibnya yang amat sengsara. Kaum perempuan Indonesia masih kurang dan bahkan tertinggal jauh dalam segala hal kemajuan dibandingkan dengan perempuan bangsa-bangsa lain.

Nyi Hajar Dewantoro, Nn Sujatien dan Ny. Sukonto kemudian berunding, memikirkan cara agar crganisasi wanita yang berjumlah banyak dapat berkumpul satu dengan lainnya. Dari gagasan inilah memunculkan ide untuk mewujudkan kongres perempuan. 

Maka dengan dibantu seorang juru tulis bernama Sunaryati, terbentuklah komite kongres berjumlah empat orang. Setelah itu komite kongres memberi nama “Kongres Perempuan Indonesia”.

Tantangan dan Rintangan

Terdapat tantang dan rintangan terhadap pendirian kongres yang berasal dari kaum kolot. Kritik yang dilontarkan berisi kecaman terhadap penyelenggaraan kongres. Kaum kolot menilai kaum istri tidak perlu berkongres, tidak perlu memikirkan hal penghidupan karena hal itu pekerjaan kaum laki-laki. Sebagai istri sepatutnya bekerja di dapur. 

Kongres juga mendapat perhatian khusus dari intel pemerintah kolofiial Baelanda. Ny. Sukonto sebagai pucuk pimpinan kongres berkali-kali dipanggil oleh intel pemerintah kolonial untuk menjawab berbagai pertanyaan.

Bagi Ny. Sukonto sudah saatnya kepentingan kaum puteri zaman kegelapan diangkat. Kaum isteri hendaklah jangan hanya dianggap baik buat di dapur saja. Pemikiran itu menurut Ny. Sukonto sudah usang, sebab kaum isteri hendaknya dapat mengikuti tuntutan zaman. 

Hasil Kongres Perempuan Indonesia I

Adapun hasil Kongres Perempuan Indonesia I berhasil merumuskan tiga keputusan sebagai berikut:

1. Mendirikan badan pemufakatan dengan nama Perikatan Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPPI).

2. Didirikan studie fonds(dana studi) untuk anak-anak perempuan yang tidak mampu membayar biaya sekolah dan berusaha memajukan kepanduan putri.

3. Diadakan peraturan sokongan untuk janda-janda dan anak-anak piatu pegawai negeri. 

Kepada Pemerintah Belanda waktu itu dikirim tiga mosi sebagai berikut :

I. Penambahan sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan.

2. Supaya pada pernikahan pemberian keterangan tentang taklik (janji dan syarat-syarat perceraian) diwajibkan.

3. Diadakan peraturan sokongan untuk janda-janda dan anak-anak piatu pegawai negeri.

Penetapan Hari Ibu Nasional

Pelaksanaan dan perayaan Kongres Perempun terus dilakukan dari tahun ke tahun. Perjuangan untuk menggelorakan semangat kaum wanita terus berjalan. 

Pasca kemerdekaan presiden Soekarno mencetuskan membuat Hari Ibu Nasional sebagai hari mengenang pahlawan perempuan (pahlawan kaum ibu). 

Kemudian tanggal 22 Desember diresmikan Presiden Soekarno di bawah Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959, pada ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia.

Perjuangan kaum wanita patut direnungi bersama. Selamat hari ibu untuk seluruh perempuan Indonesia. 

kongres perempuan
Comita Congres Perempoean Indonesia tahun 1928. (Aset: Wikimedia)

Lihat Artikel Menarik Lainnya dari Tinta Emas:


Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Avatar photo

Irvan Fatchurrohman

Irvan Fatchurrohman (Wakil Pemimpin Umum) adalah lulusan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dari program studi Sejarah dan Peradaban Islam. Pernah bertugas di Museum Kasepuhan Cirebon. Memiliki minat mendalam pada kajian sejarah dan budaya, serta berkomitmen dalam penelitian yang berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian warisan sejarah.

Dari Penulis

Hari Ibu di Indonesia | 22 Desember

Serangan Kazan 2024: Perang Rusia-Ukraina Meluas 1.000 Kilometer dari Garis Depan