Jack the Ripper Teridentifikasi Melalui Kecocokan DNA: Misteri 130 Tahun yang Akhirnya Terpecahkan

Identitas Jack the Ripper Teridentifikasi, pembunuh berantai yang meneror kawasan Whitechapel, London, pada tahun 1888, akhirnya diklaim terungkap melalui analisis DNA modern. Kasus yang telah membingungkan penyelidik selama lebih dari 130 tahun ini terus menjadi misteri yang menarik perhatian sejarawan, detektif amatir, dan ahli forensik di seluruh dunia.

  • Jack the Ripper Teridentifikasi
  • Jack the Ripper Teridentifikasi
  • Jack the Ripper Teridentifikasi
  • Jack the Ripper Teridentifikasi

Siapa Jack the Ripper?

Jack the Ripper adalah pembunuh berantai legendaris yang meneror distrik Whitechapel, London, pada tahun 1888 dengan membunuh lima wanita dalam kondisi mengenaskan. Para korban—Mary Ann Nichols, Annie Chapman, Elizabeth Stride, Catherine Eddowes, dan Mary Jane Kelly—dibunuh dalam rentang sembilan minggu, sebagaimana dilaporkan oleh The Mirror. Masing-masing mengalami luka sayatan di tenggorokan, luka-luka pascakematian, dan pada kasus Chapman, Eddowes, serta Kelly, tubuh mereka mengalami kondisi yang mengerikan.

Menurut Jack the Ripper Museum, serangkaian pembunuhan ini mengguncang dunia dan memicu lahirnya berbagai spekulasi, teori, buku, serta film yang berusaha mengungkap identitas sang pelaku. Nama “Jack the Ripper” sendiri berasal dari sebuah surat yang diterima oleh Kantor Berita Pusat di London, di mana si pengirim—yang tidak diketahui identitasnya—menandatangani surat tersebut dengan nama tersebut.

Seorang peneliti bernama Edwards, yang telah menulis dua buku tentang kasus ini, mengemukakan bahwa sang pembunuh adalah Aaron Kosminski, seorang pria keturunan Polandia yang menetap di London dan bekerja sebagai tukang cukur. Kosminski berusia 23 tahun saat rangkaian pembunuhan terjadi dan telah lama dicurigai sebagai tersangka utama dalam kasus ini.

Ia kemudian menghabiskan 28 tahun terakhir hidupnya di rumah sakit jiwa akibat skizofrenia sebelum meninggal pada tahun 1919. Menurut laporan The Mirror, sebuah dokumen kepolisian tahun 1894 menunjukkan bahwa penyelidik meyakini Kosminski sebagai pelaku utama karena ia memiliki “kebencian mendalam terhadap perempuan, terutama mereka yang berasal dari kalangan pekerja seks komersial, serta dorongan kuat untuk membunuh.”

Teror di London Timur: Korban Jack the Ripper

Jack the Ripper dikenal karena aksi pembunuhannya yang brutal, menargetkan perempuan di distrik kumuh Whitechapel. Pembunuhan ini tidak hanya menggemparkan masyarakat London pada saat itu, tetapi juga menantang kepolisian dengan banyaknya tersangka yang tak kunjung mengarah pada kepastian identitas si pembunuh.

Lima korban utama yang diduga tewas di tangan Jack the Ripper dikenal sebagai “Canonical Five”:

  • Mary Ann Nichols – ditemukan tewas pada 31 Agustus 1888.
  • Annie Chapman – ditemukan tewas pada 8 September 1888.
  • Elizabeth Stride – ditemukan tewas pada 30 September 1888.
  • Catherine Eddowes – ditemukan tewas 45 menit setelah Stride, pada 30 September 1888.
  • Mary Jane Kelly – ditemukan tewas pada 9 November 1888.

Kelima korban ini dibunuh dengan cara yang sadis. Banyak teori yang berkembang mengenai motif pembunuhan, dengan beberapa spekulasi mengarah pada dugaan bahwa si pelaku memiliki pengetahuan medis karena ketepatan pada teknik atau cara membunuhnya.

Terobosan Forensik: DNA dari Bukti Lama

Seorang sejarawan bernama Russell Edwards, dalam wawancara dengan program “Today” di Australia, mengklaim telah mengidentifikasi Jack the Ripper berdasarkan analisis DNA dari sebuah selendang yang ditemukan di lokasi pembunuhan Catherine Eddowes.

Edwards bekerja sama dengan Dr. Jari Louhelainen, seorang ahli biologi molekuler asal Finlandia, untuk menganalisis DNA yang ditemukan pada selendang tersebut. Teknik yang digunakan, yang disebut “vacuuming”, memungkinkan pengambilan sampel DNA yang telah lama menempel pada kain.

Hasil analisis menunjukkan bahwa DNA tersebut cocok dengan keturunan Aaron Kosminski. DNA yang diambil dari selendang menunjukkan kecocokan sebesar 99,2 persen dengan keturunan saudara perempuan Kosminski, sementara untaian DNA lainnya menunjukkan kecocokan sempurna. Selain itu, analisis genetika mengindikasikan bahwa si pembunuh berasal dari keturunan Yahudi Rusia dengan rambut gelap, yang sesuai dengan profil Kosminski.

Skeptisisme dan Kritik dari Para Ahli

Meskipun klaim ini terdengar meyakinkan, banyak ahli forensik dan sejarawan yang meragukan validitasnya. Beberapa pertanyaan utama yang diajukan adalah:

  1. Keaslian Selendang – Tidak ada bukti kuat bahwa selendang tersebut benar-benar milik Catherine Eddowes atau ada di tempat kejadian perkara pada saat pembunuhan.
  2. Kontaminasi DNA – Karena usia selendang yang lebih dari satu abad, kemungkinan besar terdapat kontaminasi DNA dari banyak sumber yang berbeda.
  3. Ketepatan Metode Analisis – Sir Alec Jeffreys, penemu teknik sidik jari DNA, menyatakan bahwa penelitian ini menarik tetapi perlu ditinjau ulang oleh rekan sejawat sebelum diterima sebagai bukti yang sah.

Terlepas dari kontroversi ini, banyak pihak yang meyakini bahwa Aaron Kosminski memang merupakan tersangka yang paling kuat berdasarkan bukti-bukti historis yang ada sebelumnya. Kosminski telah lama dicurigai oleh kepolisian London, tetapi pada saat itu tidak ada cukup bukti untuk menahannya secara hukum.

Sudut Pandang Alternatif dalam Kasus Jack the Ripper

Pada saat itu, kepolisian menyimpulkan bahwa semua korban pembunuhan berantai tersebut adalah pekerja seks komersial. Namun, kesimpulan ini tidak pernah terbukti secara menyeluruh, sebagaimana dicatat dalam laporan Penguin Books.

Menurut laporan tersebut, “Hampir semua korban—dengan satu pengecualian—dibunuh di ruang terbuka pada malam hari. Hal ini menyebabkan polisi berasumsi bahwa mereka dibujuk oleh seorang pembunuh maniak dengan dalih berhubungan seksual. Namun, hasil forensik memastikan bahwa Jack the Ripper tidak pernah melakukan hubungan seksual dengan korban-korbannya.”

Lebih jauh, tiga dari korban diketahui sering tidur di jalanan. Pada malam saat mereka dibunuh, mereka bahkan tidak memiliki cukup uang untuk menyewa tempat tinggal. Investigasi menunjukkan bahwa para korban ditemukan dalam posisi berbaring tanpa adanya tanda-tanda perlawanan. Meskipun fakta ini mengarah pada kemungkinan bahwa korban dibunuh saat tidur, pihak kepolisian tetap bertahan pada narasi bahwa mereka adalah pekerja seks komersial. Media massa pun memperkuat pandangan ini demi kepentingan komersial dan sensasionalisme.

Upaya Identifikasi Jack the Ripper oleh Edwards

Hampir satu setengah abad setelah serangkaian pembunuhan tersebut terjadi, Edwards mengklaim menemukan bukti baru yang mengarah pada identitas sang pembunuh. Ia membeli sebuah selendang berlumuran darah yang diduga ditemukan di lokasi kejadian. Awalnya, Edwards ragu terhadap keasliannya, tetapi hasil uji DNA terhadap cairan yang ditemukan pada kain tersebut dikaitkan dengan kerabat saudara perempuan seorang tersangka bernama Aaron Kosminski.

Nama Kosminski pertama kali disebut oleh Edwards dalam bukunya yang diterbitkan pada tahun 2014, seperti dilaporkan oleh Science. Namun, klaimnya mendapat kritik tajam dari para ahli genetika. Mereka menilai bahwa penelitian tersebut kurang transparan karena tidak memberikan rincian teknis yang memadai terkait analisis genetik yang dilakukan terhadap sampel dari selendang itu.

Kemudian, pada tahun 2019, bukti ini diperkuat dengan uji DNA dari cicit tertua kakak laki-laki Kosminski, yang semakin menghubungkan Kosminski dengan kejahatan tersebut, menurut Edwards.

Selain temuan DNA, Edwards juga mengungkapkan bahwa investigasinya mengarah pada keterlibatan Kosminski dalam jaringan Freemason yang sangat tertutup. Ia berhipotesis bahwa keanggotaan Kosminski dalam kelompok tersebut bisa menjadi motif di balik pembunuhan brutal yang dilakukannya, serta alasan mengapa ia tampaknya mendapat perlindungan dari hukum. Klaim ini, meskipun kontroversial, turut diperkuat oleh laporan The Daily Mail.

Meski temuan Edwards menarik perhatian publik dan memicu perdebatan di kalangan akademisi serta penggemar sejarah kriminal, banyak pihak yang tetap skeptis terhadap kesimpulannya. Tanpa adanya bukti forensik yang tak terbantahkan serta kajian mendalam yang memenuhi standar akademik, misteri di balik identitas Jack the Ripper masih tetap menjadi teka-teki yang belum sepenuhnya terpecahkan.

Apakah Status Tersangka Jack the Ripper Sudah Resmi Ditetapkan?

Edwards, bersama sejumlah keturunan korban, kini mengajukan permohonan kepada Pengadilan Tinggi Inggris untuk melakukan investigasi lebih lanjut guna menetapkan Aaron Kosminski sebagai pelaku resmi dalam kasus ini. Mereka berpendapat bahwa pencantuman nama sang pembunuh dalam dokumen resmi merupakan langkah krusial dalam memberikan keadilan bagi para korban yang selama ini belum mendapatkannya.

Karen Miller, cicit ketiga Catherine Eddowes, menekankan bahwa selama ini perhatian publik lebih banyak tertuju pada sosok pembunuh misterius dengan julukan ikonik, sementara para korban sering kali terlupakan. Dalam wawancaranya dengan The Daily Mail, ia menyampaikan, “Selama ini, semua perhatian hanya tertuju padanya—sosok tak dikenal dengan nama yang telah melegenda. Namun, bagaimana dengan para korban yang kehilangan nyawa mereka tanpa pernah memperoleh keadilan?”

Miller juga menyoroti pentingnya penetapan nama pelaku secara resmi di pengadilan agar seluruh bukti yang ada dapat dipertimbangkan. “Jika pelaku akhirnya diakui secara hukum berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan, ini akan menjadi langkah besar dalam memberikan keadilan bagi para korban. Hal ini sangat berarti bagi saya, keluarga saya, dan banyak orang lain yang ingin melihat kasus ini benar-benar terselesaikan,” tambahnya.

Upaya ini mencerminkan tekad kuat dari keluarga korban dan para peneliti untuk memastikan bahwa misteri yang telah bertahan lebih dari satu abad ini akhirnya memperoleh jawaban yang jelas.

Penutup

Dengan adanya temuan DNA ini, banyak pihak beranggapan bahwa misteri Jack the Ripper akhirnya terpecahkan. Namun, tanpa bukti fisik yang lebih meyakinkan serta tinjauan akademik yang lebih mendalam, klaim ini tetap berada dalam ranah spekulasi.

Sejarawan dan ahli forensik masih memperdebatkan hasil penelitian ini, sementara publik terus terpesona oleh kisah Jack the Ripper yang telah menjadi salah satu legenda kriminal paling terkenal dalam sejarah. Apakah Aaron Kosminski benar-benar Jack the Ripper, ataukah misteri ini masih membutuhkan jawaban yang lebih pasti? Meski mulai terungkap, teka-teki ini tetap menyisakan banyak pertanyaan.


Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Avatar photo

Amrullah

Amrullah (Founder Tinta Emas)

Dari Penulis

Syekh Muhammad Al-Kalali: Pendiri “Al-Imam,” Majalah Islam Pertama di Asia Tenggara

Neanderthal: Kerabat Dekat Manusia yang Tidak Sekadar Pemburu Daging

Tinggalkan Balasan