Ibnu Jarir Ath-Thabari, seorang ulama tafsir terkemuka pada masanya, terlibat dalam perdebatan yang mengakibatkan perpecahan dengan pengikut fanatik Hanbali. Kaum Hanabilah yang tak terima dengan pendapat dan Ijtihad Ibnu Jarir melempari batu hingga membentuk tembok di depan rumahnya.
Peristiwa ini mengakibatkan Imam Ath-Thabari meninggal dunia akibat serangan tersebut. Bahkan setelah kematiannya, para Hanabilah terus memboikot Ibnu Jarir. Peristiwa tragis ini menyisakan duka yang mendalam atas kepergian seorang ulama besar yang wafat karena perbedaan pendapat.

Riwayat Hidup Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari
Ibnu Jarir Ath-Thabari, seorang Ulama ahli Tafsir kelahiran Persia yang karyanya menjadi rujukan para ahli tafsir zaman sekarang. Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Amali ath-Thabari. Semasa hidupnya, ia belajar di kota Ray, Baghdad, kemudian Syam dan juga di Mesir. Para ahli sejarah mencatat bahwa beliau semasa hidupnya tidak pernah menikah.
Karya Ibnu Jarir yang paling populer adalah Tafsir Ath-Thabari yang beliau tulis pada masa Abbasiyah. Tafsir Ath-Thabari adalah sebuah kitab tafsir yang seringkali dipakai oleh ulama zaman sekarang. Nama kitab tafsir beliau adalah Jami’ al-Bayan an Ta’wil Ayi al-Qur’an, orang lebih mengenalnya dengan Tafsir at-Thabari. Para Mufassir menganggap Kitab tersebut sebagai salah satu rujukan tafsir yang terpercaya.
Perbedaan Pendapat dan Kesalahpahaman dengan Kelompok Hanabilah
Selama hidup beliau, Ibnu Jarir selalu terzalimi dan mengalami perilaku yang tidak mengenakkan dari kelompok Hanabilah. Imam Ath-Thabari mengalami hal tersebut karena kesalahpahaman dan perbedaan pendapat. Tuduhan dan fitnah besar yang sering terlontarkan kepada beliau adalah Ibnu Jarir adalah seorang Syi’ah Rafidhah dan Ilhad (Atheis). Karena tuduhan ini, kelompok yang berseberangan dengan Ath-Thabari melarang beliau untuk mengajar.
Salah satu kelompok yang berseberangan dengan Ath-Thabari adalah kaum Hanabilah yang fanatik. Mereka sering kali salah paham terhadap Pendapat dan Ijtihad beliau. Bahkan beliau juga mendapatkan tuduhan sebagai Bid’ah Jamhiyyah. Puncaknya, saat 3 orang Hanabilah yang tidak diketahui identitasnya datang kepada Ibnu Jarir. Mereka bertanya kepada beliau tentang pandangannya terhadap sebuah hadis mengenai penjelasan “Maqāmam Maḥmụdā” dari Surah Al Isra ayat 79.
Menurut banyak kitab tafsir,“Maqāmam Maḥmụdā“ yang tercantum dalam ayat adalah tempat yang paling tinggi di Surga. Tempat tersebut hanya Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, Hanabilah menafsirkannya ‘Arsy sebagai tempat duduk Nabi Muhammad oleh Allah di atas Singgasana surga, meskipun secara keseluruhan riwayat-riwayat yang mendukungnya lemah.
Selain masalah tersebut, Imam Ath-Thabari juga terkenal karena pandangannya bahwa Hambalisme (Mazhab Hambali) bukanlah aliran pemikiran atau mazhab yang sah. Imam Ath-Thabari menganggap bahwa Imam Ahmad bin Hambal adalah seorang penyusun hadis dan bukan seorang ahli hukum.
Ibnu Jarir Ath-Thabari Wafat
Di Baghdad, pengikut fanatik Hambali yang sangat bersemangat seringkali menghujani rumah Ath-Thabari dengan batu, menyebabkan kekerasan meningkat hingga pemerintah Abbasiyah terpaksa melakukan tindakan paksa untuk menangani mereka.
Pada tahun 309 H/921 M, otoritas Abbasiyah dibawah Wazir ‘Ali bin ‘Isa dan kepala polisi Baghdad menawarkan kepada Ath-Thabari kesempatan untuk memperdebatkan masalah ini dengan para pengikut Hanbali di kediamannya. Ath-Thabari setuju, tetapi para pengikut Hanbali tidak muncul satupun untuk berdebat. Namun, tak lama sebelum kematiannya, para perusuh Hanabilah melempari rumahnya dengan batu yang begitu banyak sehingga membentuk seperti tembok besar di depannya. Ancaman terus-menerus dari kaum fanatik Hambali selalu membayangi kepala ath-Thabari selama sisa hidupnya.
Imam Ath-Thabari pun meninggal dunia pada 17 Februari 923 M/310 H, setelah beliau mendapatkan serangan ganas dengan batu oleh Kelompok Hanabilah yang fanatik itu dan mengalami gangguan dan tekanan yang cukup keras. Ibnu Katsir menyebutkan bahwa beliau wafat di usia 85 atau 86 tahun. Sampai wafat pun, para Hanabilah itu masih saja memboikot Ibn Jarir. Kelompok tersebut bahkan melarang penguburan jenazah Imam Ath-Thabari di siang hari itu juga. Akhirnya jenazah beliau terpaksa harus dikuburkan di rumahnya sendiri di Baghdad.
Catatan: Imam Ath-Thabari sebenarnya tidak memiliki masalah dengan Imam Ahmad bin Hambal. Hanyasanya kelompok fanatik dari kaum Hanabilah tidak terima dengan pendapat atau Ijtihad Ath-Thabari.
Baca Juga: Kematian Turgut Reis “Dragut” Dalam Pengepungan Besar Malta – Tinta Emas
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.


