Homo Florensiesis, manusia purba kerdil yang ditemukan di Flores, hidup 190.000-50.000 tahun lalu dan dikenal sebagai “Hobbit dari Liang Bua.” Penemuan ini menjadi salah satu temuan penting dalam studi manusia prasejarah.

Baca Juga: Penemuan Situs Baru di Inggris Ungkap Rahasia Kekuatan Pasukan Viking yang Legendaris – Tinta Emas
Homo Florensiesis: Manusia Purba Kerdil Asal Flores
Pada 2 September 2003 para arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional dan University of New England, Armidale, New South Wales, Australia, menemukan manusia purba baru di Gua Liang Bua, Flores, Nusa Tenggara Timur. Temuan tersebut membuka lembaran baru dalam mengkaji manusia prasejarah.
Peneliti memberi nama Homo Florensiesis, spesies dari genus homo yang memiliki keunikan bentuk tubuh dan volume otak kecil, mereka mendiami pulau Flores.
Karena memiliki tubuh kerdil, Homo Florensiesis juga mendapat julukan “Hobbit dari Liang Bua”. Menurut publikasi Jurnal di Nature tahun 2016, Homo Florensiesis diperkirakan hidup sekitar 190.000 hingga 50.000 tahun yang lalu.
Bagaimana Homo Florensiesis Ditemukan?
Situs Liang Bua pertama kali ditemukan oleh Theodorus Verhoeven, seorang Misionaris dan Arkeologi Belanda. Pada tahun 1950-an ia menemukan sejumlah fragmen tulang iga manusia di Liang Bua.
Merujuk pada situs Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, penelitian arkeologi prasejarah di situs Liang Bua kemudian dilakukan secara bertahap sejak tahun 1978-1989. Penelitian sempat terhenti karena kurangnya pendanaan.
Penelitian berlanjut pada tahun 2001-2004.
Pada dekade tersebut, Tim gabungan Australia-Indonesia yang tengah mencari bukti migrasi awal Homo sapiens dari Asia ke Australia, menemukan sisa-sisa manusia kecil di gua Liang Bua, Flores. Mereka berpendapat bahwa berbagai ciri primitif dan turunan mengidentifikasi sisa-sisa tersebut sebagai spesies baru. Deskripsi beberapa sisa-sisa dan sebutan spesies baru tersebut diterbitkan pada bulan Oktober 2004.
Para peneliti menemukan dua jenis spesies manusia, yaitu jenis manusia modern (Homo Sapiens), dan Homo Florensiesis yang ditemukan pada kedalaman 595 cm dari permukaan tanah. Dalam penggalian yang terus berlanjut, tim tersebut menemukan lebih dari 100 fosil Homo Floresiensis di Liang Bua, termasuk sebagian kerangka betina, yang diberi label Liang Bua 1 atau LB1, dan fosil-fosil fragmentaris dari sedikitnya 13 individu lainnya.
Seperti Apa Rupa Homo Florensiesis?
Homo Florensiesis memiliki postur tubuh mungil, tingginya sekitar 1,05 meter. Pada mulanya para arkeolog mengira fosil yang ditemukan merupakan kerangka anak manusia modern (homo sapiens). Namun, tengkorak kecil itu memiliki tonjolan alis yang jelas, dan memiliki gigi bungsu yang tumbuh sepenuhnya, sehingga menunjukkan kerangka dewasa, bukan anak-anak.
Volume otaknya sekitar 420 sentimeter kubik, sekitar sepertiga ukuran otak manusia sekarang. Homo Florensiesis memiliki bentuk tubuh tidak wajar, tulang pinggulnya lebar dan melebar, tulang selangkanya pendek, dan sendi bahunya terletak cukup jauh ke depan. Spesies ini juga memiliki kaki yang besar dan datar.
Mengutip dari buku Homo Sapiens karya Noval Noah Harari, Homo Floresiensis, hanya memiliki berat 25 kilogram. Meski demikian, mereka mampu menghasilkan peralatan dari batu, dan bahkan terkadang berhasil memburu kawanan gajah kecil di pulau Flores. Mereka terakhir punah sekitar 12.000 tahun lalu.
Bagaimana Homo Florensiesis Hidup?
Arang, peralatan batu, dan tulang Stegodon yang mirip gajah ditemukan di Gua Liang Bua. Awalnya diperkirakan bahwa ini mungkin merupakan bukti bahwa Homo floresiensis dapat menggunakan api dan memburu serta menyembelih Stegodon untuk makanan, tetapi penelitian terbaru menerangkan bahwa perkakas tersebut merupakan hasil dari penghunian gua dari Homo Sapiens.
Kemungkinan juga Homo Floresiensis memakan daging mentah dari Stegodon, komodo, dan hewan pengerat, yang sisa-sisanya telah ditemukan di gua tersebut. Pola makannya melibatkan tumbuhan dan daging mentah, dengan gigi yang aus menunjukkan pola makannya keras dan berserat sehingga memerlukan banyak tenaga untuk mengunyah.
Studi Homo Florensiesis Masih Berlangsung
Situs Liang Bua menyimpan peninggalan prasejarah yang belum terjamah oleh manusia modern. Adanya situs tersebut menandakan manusia prasejarah tidak hanya ditemukan di pulau Jawa semata.
Hingga kini studi manusia prasejarah di Liang Bua terus berlanjut. Misteri perihal asal-asul dan bentuk tubuh Homo Florensiesis yang kerdil masih menjadi perdebatan di antara para ahli. Selain itu, para ahli juga sedang mencari hubungan antara Homo Florensiesis dengan genus homo lainnya.

Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.