Basiret ve Direnis: “Sejak 670 tahun yang lalu, orang-orang Aceh merupakan warga negara (tebaa) dari Devlet-i Aliyye (Usmani).” (Basiret ve Direnis: Basiret Gazetesinde Açe’deki “Hollanda Savaşı”nın (1873-1904) İlk İki Yılını Ele Alan Metinlere Dair, (Adem Efe, Mehmet Özay, Ekrem Saltık, İbn Haldun Üniversitesi Yayınları (2018)).

Surat Kabar ini bernama Basiret, merupakan sebuah surat kabar yang didirikan oleh seorang Usmani (Osmanlı) yang bernama Ali Efendi pada 1870. Surat kabar yang terbit antara 1870-1908 ini ternyata mendapatkan dukungan dan sokongan dari pemerintah pada masa awal pendiriannya.
Para penulis memperlihatkan bagaimana Basiret mengabarkan Perang Aceh dengan perspektif Pan-Islamisme. Artinya Basiret ingin memperlihatkan bahwa Aceh merupakan negara Muslim yang Usmani harus melindunginya. Bahkan pada 27 Mei 1873, Basiret mengabarkan bahwa orang-orang Aceh merupakan warga negara Usmani.
Basiret menyatakan bukti bahwa orang- orang Aceh merupakan warga Usmani adalah karena mereka (Kesultanan Aceh) menggunakan bendera berlambang Bulan Bintang (hlm 42-44) yang mirip dengan bendera Usmani, bahkan sejak ratusan tahun yang lalu, Usmani sudah memberi izin Aceh untuk menggunakan bendera Turki di kapal-kapal Aceh.
Surat Kabar ini juga menekankan bahwa agar Usmani tidak hanya membatasi kerja samanya dengan kesultanan-kesultanan Muslim di Asia Tengah saja, tetapi juga harus memperhatikan Kesultanan Aceh yang sudah memiliki hubungan erat dengan Usmani sejak abad ke-16 (hlm 43).
Basiret ve Direnis dan Kontribusi Dalam Perang Aceh
Basiret ingin agar Usmani mau menolong Aceh dari invasi Belanda karena:
1) Aceh merupakan kesultanan Islam,
2) orang-orang Aceh merupakan bagian dari warga negara Usmani.
Basiret juga mengabarkan tiga tahun pertama Perang Aceh dengan cukup detail. Surat kabar ini memberitakan perang sejak awal pendaratan pasukan Belanda di Aceh pada 26 Maret 1873. Dalam pendaratan ini, Basiret menyatakan bahwa Aceh berhasil memukul mundur Belanda di pantai Ulee Lhee (hlm 54). Setelah pemberitaan ini, Basiret menerbitkan artikel berita yang menunjukan bahwa Usmani melakukan protes terhadap invasi Belanda atas Aceh. Kemudian Basiret juga mengabarkan bagaimana Belanda melakukan serangan terhadap keraton Kesultanan Aceh. Atas hal ini Basiret semakin memperdalam berita mengenai Kesultanan Aceh.
Basiret mengangkat kembali berita mengenai hubungan Aceh-Usmani yang sudah terjalin sejak lama, yakni sejak masa pemerintahan Sultan Selim I (1512-1520). Tentu saja ini dilakukan agar Usmani segera mengambil langkah untuk menolong Aceh dalam menghadapi Belanda. Namun, ternyata Usmani belum juga mengambil tindakan politik dan militer atas invasi Belanda ke Aceh.
Jika kita melihat sejarah Usmani akhir, kita akan mengetahui bahwa invasi Belanda ke Aceh terjadi ketika Usmani sedang menjaga hubungan baik dengan negara-negara Barat, khususnya Inggris dan Prancis. Hal ini disebabkan adanya kepentingan Usmani agar Barat mau melindungi dan membantunya ketika Rusia melakukan serangan terhadap wilayah Usmani. Dalam hal ini kita melihat bahwa Usmani sangat berhati-hati dalam mengambil langkah politik dan militer, khususnya kepada negara-negara Barat.
Baca Juga: Dokarim: Melawan Melalui Sastra Dalam Hikayat Prang Kompeuni – Tinta Emas
Penutup
Dalam buku ini, kita mengetahui bahwa Basiret memberitakan Perang Aceh dalam tiga narasi:
Pertama, Basiret memberitakan Perang Aceh secara kronologis dan detail, mulai dari pendaratan pasukan di Sumatra hingga penyerangan ke keraton kesultanan. Basiret juga memperlihatkan bagaimana usaha diplomasi dilakukan agar Aceh mau menyerah kepada Belanda.
Kedua, Basiret memberitakan mengenai profil Aceh. Hal ini dilakukan agar publik di negara Usmani mengetahui dimana Aceh berada. Hal tersebut cukup wajar karena ketika Aceh hendak meminta bantuan militer kepada Usmani dalam menghadap Belanda, maka Kesultanan Aceh menyelipkan peta Aceh. Hal ini menunjukan bahwa Usmani sendiri tidak memiliki informasi yang cukup mengenai Aceh.
Ketiga, Basiret memberitakan hubungan Aceh-Usmani. Hal ini diperlukan agar para elite Usmani sadar bahwa Aceh merupakan bagian dari wilayah Usmani dan memiliki hubungan erat sejak abad ke-16.
Baca Juga: Perang Tiga Segi (1511-1641): Gejolak konflik Aceh-Portugis-Johor – Tinta Emas
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
+ There are no comments
Add yours