Amerika Serikat membuka rencana untuk menjual senjata ke Israel. Harga jualnya diperkirakan senilai $ 8 miliar dolar atau sekitar Rp.129 Triliun.

Baca Juga: Ratusan Ribu Warga Turkiye Gelar Aksi Solidaritas Bela Palestina – Tinta Emas
Proposal penjualan senjata Amerika Serikat tersebut mencakup bom berdiameter kecil, hulu ledak, helikopter serang, serta peluru artileri dan jet tempur.
Joe Biden mengusulkan penjualan senjata kepada Israel pada Jum’at (3/1). Komite Senat tengah membahas persoalan ini, dengan taksiran harga jual Rp. 129 Triliun.
Menurut sumber Axios, Departemen Luar Negeri AS memberi pernyataan bahwa kesepakatan tersebut adalah untuk “mendukung keamanan jangka panjang Israel dengan memasok kembali persediaan amunisi penting dan kemampuan pertahanan udara.”
Merujuk pada sumber yang sama, salah seorang pejabat AS mengatakan “Presiden Joe Biden telah menegaskan bahwa Israel memiliki hak untuk membela warga negaranya, sesuai dengan hukum internasional dan hukum humaniter internasional, dan untuk mencegah agresi dari Iran dan organisasi proksinya.
“Kami akan terus menyediakan kemampuan untuk pertahanan Israel.” Kata seorang pejabat AS.
Penjualan Senjata Terakhir Amerika Serikat dari Pemerintahan Biden ke Israel?
Melansir dari Axios, penjualan senjata ini kemungkinan menjadi yang terakhir yang disetujui oleh pemerintahan Presiden Joe Biden untuk Israel.
Langkah ini terjadi di tengah klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan para pendukungnya dalam beberapa bulan terakhir, yang menyebut bahwa Biden telah menerapkan “embargo senjata diam-diam” terhadap Israel.
Beberapa anggota Partai Demokrat mendorong pemerintahan Biden untuk mensyaratkan penjualan senjata ke Israel berdasarkan cara Israel menangani upaya perang dan situasi kemanusiaan di Gaza. Namun, Biden menolak untuk melakukannya.
Kesepakatan ini bersifat jangka panjang, menurut sumber-sumber terpercaya. Sebagian produksi dan pengiriman amunisi dapat dipenuhi melalui stok senjata AS saat ini, tetapi sebagian besar akan membutuhkan waktu satu tahun atau lebih untuk diproduksi dan dikirimkan.
Dengan dinamika politik dan kemanusiaan yang terus berubah, langkah ini memiliki implikasi besar bagi hubungan Amerika Serikat-Israel serta respons terhadap situasi di Timur Tengah.
Tindakan AS ini mendapat kritik internasional. Padahal serangan Israel menyebabkan hampir seluruh dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi, krisis kelaparan.
Tindakan Israel mengakibatkan tuduhan genosida oleh beberapa ahli, PBB, dan para pemimpin dunia. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sedikitnya 45.658 orang tewas, dan banyak pula yang masih terkubur di bawah reruntuhan.
Hingga kini, upaya diplomatik gagal mengakhiri perang Israel di Gaza. Perang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
Eksplorasi konten lain dari Tinta Emas
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.
+ There are no comments
Add yours